Sejumlah Masyarakat Desak Polres Tapteng Ungkap Motif dan Dalang Penculikan Keponakan Raja Bonaran Situmeang

  • Whatsapp

Sinarlintasnews.com | TAPANULI TENGAH – Seiumlah masyarakat kembali angkat bicara terkait kaus dugaan penculikan terhadap Ametro Pandiangan yang merupakan keponakan mantan Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng) Raja Bonaran Situmeang.

Bahrun Sitompul warga Kecamatan Sorkam mengungkapkan, Pihak Kepolisian merupakan pelindung masyarakat, maka untuk membuktikan bahwasanya polisi adalah pelindung masyarakat, kasus penculikan terhadap Ametro Pandiangan harus diusut tuntas.

“Kita berharap kasus ini harus bisa tuntas. Kita ingin semboyan itu diterapkan kalau Polisi itu adalah Pelindung, Pengayom, dan Pelayan masyarakat.,” ungkapnya, Minggu (25/01/2020).

Dikatakannya, kejadian dugaan penculikan tersebut menjadi momok menakutkan kepada masyarakat, sebab hingga sejauh ini kasus tersebut terkesan diam dan seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

“Kejadian itu sejak tanggal 10/1/2020 beberapa minggu lalu, tapi kenapa sejauh ini masih belum ada kabar dan informasi perkembangan penanganan kasus tersebut. Sementara sudah jelas-jelas pelaku dugaan penculikan sudah diketahui dan informasinya sudah ditahan, tapi sejauh ini diam-diam saja,” cetusnya.

Hal tersebut juga disampaikan oleh Parningotan Nainggolan meminta Polda Sumatera Utara untuk bertindak tegas dalam kasus dugaan penculikan tersebut, sebab kata Parningotan kejadian tersebut sudah menjadi keresahan masyarakat dan bisa memicu kekurang percayaan masyarakat kepada Polri jika kasus penculikan tersebut tidak dapat diungkap.

“Jika ini benar-benar serius di ungkap, menurut saya itu tidak begitu sulit, sebab pelaku sudah diketahui bahkan sudah diamankan, jadi Polisi tinggal memintai keterangan dari pelaku, siapa aktor/dalang dari penculikan itu. Pelakunya adalah salah satu anggota Brimob yang bertugas sebagai ajudan Bupati Tapteng. Jangan menjadi ada perbedaan hukum dinegeri kita ini, atau karena yang diculik hanya masyarakat awam, lantas dilakukan pembiaran begitu saja,” ungkap Parningotan.

Bahkan informasi yang diperoleh Sinarlintasnews.com, jelang kedatangan Kapolda nanti ke Kabupaten Tapanuli Tengah, mereka akan menyampaikan dan memohon langsung kepada Kapolda agar kasus terbut segera ditindaklanjuti.

“Kasus ini akan terus kami suarakan, karena ini sudah menjadi momok menakutkan bagi masyatakat. Namun meski demikian bapak Kapolda Sumut dan Polres Tapteng dapat mengusut kasus penculian ini dengan cepat. Ungkapnya.

Sebelumnya, kejadian dugaam penculikan Ametro pandiangan terjadi pada Jumat (10/01/2020) sekitar pukul 17.30 WIB di Desa Pargarutan, Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Sebagaimana dijelaskan Ametro Pandiangan sebelumnya, sesuai dengan Laporan Polisi No :LP/06/I/2020/RES-TAPTENG melaporkan peristiwa Tindak Pidana “Penculikan dan Penganiayaan” yang dilakukan oleh terlapor atas nama TS dan kawan-kawan.

Dijelaskannya, Kejadian penculikan tersebut terjadi Jumat (10/1/2020) sekitar pukul 17.30 WIB. Saat itu, dirinya sedang berdiri dekat pertamini miliknya di Desa Pargarutan, Kecamatan Sorkam.

“Aku berdiri di samping ini, lalu dari arah Barus datang satu unit mobil Avanza warna putih parker tepat depan pertamini, lalu saya hampiri, karena saya pikir mau mengisi BBM. Lalu keluar 2 orang mengenakan masker dan beryanya kepadaku, “Kamu Amet Situmeang ya” aku bilang “Tidak, saya bukan Amet Situmeang” lalu saya curiga dengan gerak-gerik mereka, sayapun mencoba untuk pergi, saat itu juga saya langsung di tangkap. Saya sempat melawan, lalu salah ditodongkan pistol dan berkata, “Saya Polisi”aku pun ikuti, Saya dibawa kemobil, didalam mobil ada tiga orang semuanya memakai masker lalu saya ditarik kedalam mobil, kemudian saya diapit dan leher saya dipiting (cekik).

Lalu, lanjut Ametro, saya di bawa kearah Sibolga. Setibanya di Kecamatan Sarudik, Kabupaten Tapteng, saya dibawa ke belakang Lacky Café sekitar pukul 20.00 WIB kalau tidak salah, disana ada lapangan, lalu saya diturunkan dan disuruh mengeluarkan semua isi kantong saya.

Sayapun keluarkan, di kantong celana sebelah kanan saya ada sedikit uang, itu juga saya keluarkan jatuhkan semua ketanah. Kemuadian saya disuruh membuaka, tapi saya tidak mau, karena saya merasa tidak ada apa-apa saya simpan apapun. Kemudian salah seorang mengambil uang itu, dan berkata apa ini, saya bilang kenapa jadi ada disitu, karena ada dua bungkus kecil serbuk putih, saya bilang itu nsaya tidak tau, itu bukan milik saya.

Saat itu juga saya langsung dipukuli, muka, kepala dipukul, dada ditendang, saya tak mampu melawan, kemuadian saya diborgol.

Selanjutnya, dari tiga dari lima orang itu, pergi entah kemana, ada beberapa lama kemudian mereka kembali. Tak lama kemudian beberapa orang personil Polres Tapteng datang, kemuadian saya langsung dites urine dilokasi itu juga, tapi hasilnya negative.

Setelah itu sayapun dibawa ke Polres Tapteng untuk dimintai keterangan dan di BAP, disana saya jelaskan semuanya tanpa sedikitpun saya sembunyikan.

Setelah saya telusuri saya dapat info kalau yang menagkap saya itu adalah oknum Brimob ajudan Bupati Tapteng.

Saya tidak tau apa motif penculikan saya ini, apakah ini ada factor politik, mengingat hubungan paman saya Raja Bonaran Situmeang yang tak lain mantan Bupati Tapteng memliki hubungan yang tidak baik dengan bupati saat ini, sehingga diperlakukan ini kepada saya.

Mungkin saja kalau seandainya tidak ada orang yang melihat saya pada saat saya di culik itu, saya tidak tau apa yang diperbuat kepada saya. Bisa saja saya dihilangkan untuk selamamnya. Untuk itu saya benar-benar berharap agar kejadian ini segera diungkap kebenarannya,” ujar Ametro.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *