Pasca Bentrok dan penyerbuan ke Masjid Al Amin Prumnas Mandala, Hj. Fitriani Manurung Ajak Warga Untuk Tidak Terprovokasi

  • Whatsapp

MEDAN | Sinarlintasnews.com – Bakal Calon wakil Walikota Medan Hj. Fitriani Manurung, S.Pd, M.Pd mengajak warga untuk tidak terprofokasi pasca terjadinya kerusuhan hingga penyerbuan ke Masjid Al Amin, di Jalan Belibis, Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Jumat (24/1/2020) malam.

Fitriani mengungkapkan, Bentrokan berujung pengerusakan Masjid Al Amin tersebut dapat segera diselesaikan guna mengatisipasi terjadinya isu-isu sara.

“Sumut selama ini sudah sangat amat dan kondusif, karenanya diharapkan pihak-pihak berkompeten bisa menyelesaikannya dan kita meyakini hal tersebut bisa terselesaikan. Harapan kita jangan sampai terprofokasi yang bisa menjadi potensi konflik apa lagi menjurus kepada isu SARA,” ungkapnya.

Dikatakannya, saat ini banyak permasalahan yang terjadi hingga menjadi perbincangan hanngat dimasyarakat, beberapa isu seperti destinasi wisata halal, dibuangnya ratusan bangkai babi di sungai dan tadi malam terjadi pengrusakan Masjid Al-Amin. Hal tersebut dikawatirkan dapat mengganggu kedamaian dan kerukunan antar umat beragama yang sudah lama menjadi sesuatu membanggakan di masyarakat Sumatera Utara.

“Saya berharap kepada seluruh elemen masyarakat untuk tetap menahan diri, dan memberikan kesempatan pada penegak hukum untuk mengusutnya, jangan dibiarkan berlarut, karena akan berdampak buruk pada kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat yang selama ini sudah kondusif,” terang fitriani.

Hal tersebut disampaikan Fitriani Manurung usai menghadiri acara open house Sofyan TAN pada perayakan Imlek 2571 yang juga dihadiri langsung oleh Walikota Medan Akhyar Nasution bersama Hasyim, SE serta para pengurus DPD, DPC PDI Perjuangan Kota Medan dan para pengajian majelis taklim PDI Perjuangan kota Medan, Minggu (26/1/2020).

Dikatakannya, Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang berbilang kaum, Suku, Agama, Budaya yang hingga sampai saat ini masih hidup berdampingan dan saling harga menghargai. Menurutnya perbedaan tersebut menjadi salah satu tiang persatuan.

Fitriani Manurung yang juga sebagai Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan dan juga sebagai Ketua Majelis Taklim DPC PDI Perjuangan Kota Medan ini mengatakan, meskipun memiliki kepercayaan yang berbeda.
Hal tersebut menjadi anugerah, sehingga dengan perbedaan tersebut menjadi sarana dalam mempererat kebersamaan dan suasana harmonis.

“Sama halnya dengan Kota Medan saat ini, dengan segala keunikannya dan keragaman sukunya, agama maupun budaya, ini menunjukan bahwa dengan perbedaan kita mampu hidup saling berdampingan dengan rukun dan damai,” ungkapnya.

Seperti diketahui, peristiwa berunsur sara itu bermula pada Jum’at, 24 Januari 2020 sekira pukul 15.00 WIB, ketika tim dari Muspika Kecamatan Percut Seituan, Satpol PP, Babinsa, Babinkamtibmas dan didampingi aparat kepolisian datang ke lokasi Jl. Belibis Ujung untuk membongkar lapo (kedai) tuak yang dilaporkan warga sudah sangat meresahkan.

Namun upaya pembongkaran itu tidak berjalan mulus, karena pemilik lapo tuak AS tidak terima hingga sempat memicu perdebatan. Apalagi material jualan lapo tuak itu sudah diangkut Satpol PP. Arislon dan beberapa warga yang tak terima kedai tuak itu dibongkar langsung melawan. Untuk menghindari bentrokan, tim Muspika akhirnya meninggalkan lokasi.

Ternyata, kejadian tersebut tak hanya berhenti sampai disitu. Pada malam harinya sekitar pukul 20.00 WIB, persis Umat Muslim usai menundaikan ibadah Salat Isya, tiba-tiba terjadi pelemparan ke arah Masjid Al-Amin yang memang berdekatan dengan kedai tuak tersebut. Saat itulah warga yang tidak terima langsung keluar dan melakukan perlawanan.

Apalagi kaca pintu masjid pecah, jendela masjid turut rusak. Bagian atas dekat kubah yang terbuat dari kaca pecah. Bahkan dua orang warga yakni Diki dan Fahri juga mengalami luka-luka setelah kepala mereka terkena lemparan batu.

Aparat kepolisian yang menerima laporan langsung ke lokasi untuk menenangkan warga. Namun warga dari kedua kubu tetap saling lempar. Melihat hal itu, polisi berupaya melacak lemparan batu dari arah Jl. Belibis. Sayangnya, imbauan polisi mundur juga tak didengar.

Sebaliknya, petugas yang mencoba menenangkan warga justru dihujani batu. Petugas juga sempat beberapa kali meletuskan tembakan ke udara agar warga menghentikan lemparan.

Aksi saling serang baru bisa dihentikan setelah jumlah personel ke lokasi ditambah. Namun, situasi mereda hanya berlangsung beberapa menit. Sekitar pukul 22.56 WIB, kericuhan kembali pecah. Bentrok baru bisa ditenangkan pada Sabtu dinihari, 25 Januari 2020.(red)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *