Subulusalam | Sinarlintasnews.com – Majelis Adat Aceh sebagai rujukan pemakaian dan penggunaan baju adat dan makanan Khas Suku Singkil di Subulussalam karena MAA sebagai wadah untuk membenahi tentang adat isitiadat pada suatu daerah di Aceh.
Namun, di wilayah Subulussalam penggunaan baju adat,Makanan khas seakan suka hatinya para pejabat padahal jelas subulussalam mayoritas suku singkil yang dimana acara pun itu di dunia pemerintahan wajib menggunakan pakaian adat suku singkil.
Mulai dari di lantik sampai dengan sekarang MAA hanya sebagai penonton saja banyak permasalahan-permasalahan yang sampai saat ini tidak mampu di selesaikan MAA mulai dari makanan khas subulussalam,penyambutan tamu pemerintahan,hingga pembangunan rumah adat suku lain yang notabennya bukan bagian dari Aceh.
Sabirin hutabarat menambahkan lagi
Seharus nya Kabag humas Harus Berkoordinasi Selalu Dengan Para Mukim Saat ada mau menampilkan suatu adat,karna setiap mukim beda Adat nya.
MAA harus surati walikota ttg pelanggaran yg di lakukan bila perlu di tindak dengan hukum adat.
Selaku ketua Taruna Merah Putih sabirin hutabarat sangat menyayangkan adanya kejadian penyambutan tamu di pemerintahan beberapa hari lalu tetapi baju yang di gunakan adalah baju adat daerah diluar Subulussalam/Aceh.
Ketua Taruna Merah Putih menyatakan hari ini MAA sudah gagal dan sudah layak untuk di bubarkan saja bila tak mampu menjalankan tugasnya karena tidak mempunyai fungsi terkait adat isitiadat dan terkesan di diamkan begitu saja.
Apakah karena banyak nya Anggota MAA pendukung waktu pilkada kemaren sehingga MAA Kota Subulussalam diam seribu bahasa. Patut kita pertanyakan netralitas dan komitmen MAA itu sendiri-tegas Sabirin Hutabarat.
(Syahbudin padang).
