Sinarlintasnews.com | TAPTENG – Seorang anak menangis ketika hendak dibawa masuk ke dalam sebuah bus. Namun ketika dibujuk, akhirnya anak itu masuk, dituntun oleh seorang perempuan berpakaian operasi.

Tentunya bus itu bukanlah bus biasa. Bus itu merupakan ruang operasi berjalan (occuplast cleft operation mobile). Sementara anak kecil itu adalah pasien operasi bibir sumbing. Ia diajak masuk lantaran hendak dioperasi.
Bus ini saat ini masuk ke dalam bagian program Bakti Kesehatan Bermartabat yang diluncurkan oleh Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi beberapa waktu lalu. Bis ini telah beroperasi di beberapa daerah di Sumut. Tentunya gratis!
Program Bakti Kesehatan Sumut Bermartabat ini merupakan implementasi dari pembangunan kesehatan yang menjadi prioritas Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Wakil Gubernur Musa Rajekshah. “Saya keliling melihat warga saya, masih banyak yang kesulitan mendapatkan kesejahteraan dalam kesehatan. Omong kosong kita bisa membangun Sumut bila kita tidak berikan kesehatan yang baik. Inilah solusinya,” kata Gubsu Rabu (19/6).
Sewaktu di SMAN 1 Matauli Tapanuli Tengah Rabu (25/7), kami berkesempatan melihat langsung proses operasi di dalam bus. Bus hanya diperuntukkan untuk operasi. Di dalam terlihat peralatan operasi lengkap persis seperti di ruang operasi di rumah sakit.
Bis 2 ruang, yakni ruang operasi dan ruang recovery. Setelah pasien dioperasi, pasien akan dibawa ke ruang recovery. Setelah sadar, pasien akan dibawa ke tempat perawatan di rumah sakit ataupun klinik terdekat. Setiap operasi membutuhkan 7 orang termasuk dokter dan perawat.
Edy Sutrisno Koordinator Bus Operasi mengatakan selanjutnya akan membuat rumah rawat serupa di rumah sakit yang berupa tenda agar bisa digunakan saat saat tidak ada rumah sakit. “Masih ada desain yang mau dibuat, seperti rumah sakit yang berupa tenda,” kata Edy yang masih berpakaian operasi lantaran saat itu dirinya telah mengoperasi 4 orang pasien bibir sumbing.
Edy merupakan dokter utama yang beroperasi di bus itu. Sebenarnya bis itu adalah idenya yang muncul sejak bencana di Pidie Jaya Aceh. Saat itu ia dan rekan-rekannya kesusahan lantaran rumah sakit yang ada saat itu rusak terkena bencana. Sementara tindakan operasi harus dilakukan.
Sejak saat itu ia berpikir bahwa ruang operasi berjalan sangat dibutuhkan. Selain berguna saat bencana, ruang operasi berjalan sangat berguna menjangkau daerah terpencil yang jauh dari rumah sakit. Sejak saat itu ia berencana akan membuat ruang operasi berjalan.
“Sebenarnya sudah ada yang bikin dengan pesawat bisa, tapi ruangannya kecil, kapal juga sudah ada yang bikin, tapi kami lebih memilih bis karena bisa mencapai daerah yang sangat terpencil sekalipun,” kata Edy.
Kata Edy, setiap kali mengoperasi pasien, Ia dan timnya membutuhkan waktu 45 menit. Jadi jika dimaksimalkan, dalam sehari Ia bisa mengoperasi 10 orang pasien bibir sumbing.
Meski begitu bus tersebut terkadang memiliki beberapa kendala saat beroperasi. Salah satunya adalah mesin bus yang kadang rewel. Lantaran bus yang digunakan sudah berumur tua. Pernah satu waktu bus mogok di Tarutung, Tapanuli Utara.
“Begitu mau pulang ke Medan 15 km mau masuk tarutung. Bus mogok, terpaksa pesan spare part dari Jakarta, saat barang sudah sampai, ternyata tidak pas, terpaksa menunggu mekanik lagi dari Medan, ya bus menginap 14 hari di Tarutung,” kata Taufiq Nasution supir bus operasi berjalan.
Masih pada waktu yang sama, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi sempat melihat proses operasi pasien bibir sumbing. Edy sempat menjumpai salah satu pasien. Ia mendoakan agar operasinya berhasil dan lekas pulih usai operasi.
“Semoga sukses ya, semoga lekas sembuh juga,” kata Gubsu kepada pasien.
Saat itu terlihat pasangan muda yang memasang raut muka cemas di samping bus. Habibullah dan Julia namanya. Mereka adalah warga Sibolga. Keduanya sedang menunggu anaknya Dava yang berumur 3 bulan sedang dioperasi.
Sebelumnya Habubillah hendak membawa anaknya ke Medan untuk dioperasi. Namun mengetahui bus operasi bibir sumbing ada di Sibolga, ia segera membawa anaknya ke tempat itu.
“Kami bersyukur dengan adanya layanan ini, kami tidak perlu ke Medan lagi,” kata Habibullah senang.
Selain untuk operasi bibir sumbing, bus juga sangat memungkinkan digunakan untul operasi medis lainnya. Menurut Edy program lain yang hendak dilakukannya adalah menurunkan angka kematian ibu dan anak. “Mestinya tidak ada lagi ibu melahirkan yang meninggal,” katanya.
Hal itu memang harus diwujudkan karena bus operasi itu adalah perwujudan program mendekatkan masyarakat pada layanan kesehatan.
Semoga kehadiran bus ini bisa menjangkau masyarakat yang jauh dari rumah sakit. (Red)