Tapanuli Tengah — Suasana di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) memanas pada Jumat (31/10/2025), saat aksi massa yang menamakan diri Gerakan Tapteng Baru untuk Perubahan berlangsung di sekitar Jalan Raja Junjungan Lubis.
Dua anggota Intelkam Polres Tapteng justru menjadi korban pengeroyokan dan fitnah keji ketika tengah menjalankan tugas dokumentasi situasi lapangan.
Ironisnya, kedua anggota tersebut bukan hanya dipukuli, tetapi juga difitnah sebagai provokator kericuhan yang kemudian ramai di media sosial.
Korban pertama, Brigadir W.M., diserang saat merekam situasi di depan parkiran rumah pribadi mantan Bupati Tapteng. Saat tengah mendokumentasikan kondisi, sejumlah orang berteriak “provokator!” dan langsung mengeroyoknya.
Brigadir W.M. dipukuli bertubi-tubi di kepala, wajah, dan badan, bahkan ponsel dinasnya nyaris dirampas. Beruntung, warga yang mengenal korban sebagai anggota kepolisian berhasil melerai.
Korban kedua, Bripda C.C.T., juga menjadi sasaran amuk. Ia difitnah berteriak “bakar, bakar, serang itu!” padahal tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Situasi kian kacau hingga akhirnya IPTU O.S. Colia, perwira Intelkam yang memimpin pengamanan, berlari dan berteriak lantang:
“Dia anggota saya, anggota polisi! Jangan pukul dia!” Sambil menarik kedua anggotanya ke mobil Samapta untuk menyelamatkan mereka dari amukan massa.
Beberapa saksi mata di lokasi membantah keras tudingan bahwa polisi menjadi provokator.
Seorang warga, Pandapatan Damanik (45), yang berada di sekitar lokasi mengatakan, dirinya melihat langsung anggota polisi justru berusaha menenangkan massa.
“Saya lihat sendiri, mereka (polisi) malah melerai. Satu polisi itu malah dipukul waktu dia bilang jangan ribut. Jadi aneh kalau dibilang mereka provokator. Isu itu dapat kita pastikan adalah kabar bohong, berupaya mencoreng nama baik institusi kepolisian,” Ujarnya kepada wartawan, Senin (3/11/2025).
Sementara itu, Arman (37), salah satu peserta aksi, juga mengaku kaget melihat rekannya tiba-tiba diserang.
“Kami cuma lewat depan rumah itu, tidak ada teriak ‘bakar’. Tiba-tiba ada yang menghadang dan teriak-teriak nuduh kami,” katanya.
Hasil investigasi sementara dari saksi dan video yang beredar memperlihatkan bahwa kericuhan dipicu salah paham dan narasi sesat.
Saat massa melintas di depan rumah mantan Bupati Tapteng, beberapa orang dari arah rumah tiba-tiba mencegat dan mempertanyakan, “Siapa yang bilang bakar tadi?” Padahal, massa aksi menegaskan tidak ada yang mengucapkan kalimat itu.
Ketegangan meningkat ketika mobil komando aksi dihadang, bahkan beberapa orang tampak memegang kayu dan memukul kendaraan tersebut. Dari sinilah situasi berujung bentrok.
Beberapa video juga memperlihatkan sejumlah peserta aksi dihujani lemparan batu dan dipukuli hingga terjatuh ke dinding seng di depan rumah eks Bupati.
Menanggapi isu liar tersebut, Kapolres Tapanuli Tengah AKBP Wahyu Endrajaya, S.I.K., M.H yang dikonfirmasi wartawan menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak benar dan bersifat menyesatkan.
“Tuduhan yang menyebut dua personel kami sebagai provokator kericuhan adalah fitnah dan hoaks. Kami sudah memeriksa sejumlah saksi dan bukti video. Tidak ada satupun yang menunjukkan keterlibatan anggota kami,” jelas Kapolres kepada wartawan.
Kapolres juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh kabar yang tidak jelas sumbernya.
“Mari kita jaga Tapanuli Tengah agar tetap aman dan kondusif. Jangan mau diadu domba oleh isu palsu,” katanya.
Peristiwa ini menjadi gambaran nyata bahwa aparat keamanan di lapangan kerap berada dalam posisi sulit — menjaga keamanan di tengah massa, namun justru menjadi korban salah paham dan kekerasan akibat narasi sesat. (Jerry).






