Jakarta |0Penerapan sistem barcode saat membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sudah mulai diterapkan di seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Provinsi Aceh. Tim Pengendalian Pendistribusian BBM Bersubdisi Aceh telah memastikannya dan melakukan pemantauan.
Tim gabungan yang terdiri dari perwakilan Biro Ekonomi Pemerintah Aceh, Dinas ESDM, Polda Aceh dan Hiswana Migas telah melakukan inspeksi mendadak. Adapun inspeksi tersebut dilakukan di sejumlah SPBU wilayah beberapa Kabupaten / kota.
Sesuai dengan Surat Edaran (SE) Nomor 542/21981 tentang Pengendalian Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu Solar Subsidi (Bio Solar) di Aceh. Pihak Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh menyebut sidak tersebut juga memantau bagaimana perkembangan penggunaan barcode.
Semua SPBU sudah melayani dengan menggunakan barcode dan konsumen juga sudah memanfaatkan sistem barcode saat ini, yang menjadi pertanyaan surat edaran tersebut terusan dari menteri ESDM yang diteruskan kepada intansi ESDM daerah atau hanya sebagai kebijakan darah Aceh atau Aceh sebagai terapan uji coba pengunaan barcode bagi setiap masyarakat yang ingin membeli minyak subsidi.
Padahal tak dipungkiri bahwa sistem barcode memiliki kendala saat diujicobakan. Bahkan boleh disurvey hari ini masih banyak warga yang belum bisa berhasil mendaftar barcode bbm subsidi.
Yang sangat mengejutkan saat penulis melakukan perjalanan dikota besar yang ada di Indonesia seperti kota Medan, Jakarta dan Jawa Barat. Setiap mengisi bahan bakar subsidi jenis pertalite penulis tidak pernah di minta barcode. Padahal ketiga kota besar tersebut memiliki kendaraan terpadat di Indonesia, kenapa sampai hari ini tidak dibatasi pembelian BBM subsidi dengan mengunakan barcode, ada apa?
Dari pengalaman perjalanan ini penulis merasa perlu untuk mempublikasikan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan yang dianggap memberatkan masyarakat Aceh. Mengapa di Aceh kita sulit mendapatkan BBM subsidi sementara dikota-kota besar bahkan dipusat ibukota negara saja penerapan sistim barcode belum berjalan, Ini sangat ironis.
Penulis meminta kepada pemerintah Aceh agar dapat melihat lansung keluhan masyarakat dan mengkaji ulang kebijakan tersebut. Dan kita merasa sistim barcode juga tidak efesien. Banyak kendaraan saat mengisi bahan bakar bukan mengunakan barcode aslinya, dan pihak SPBU juga tidak mau direpotkan setiap kendaraan yang ingin mengisi bahan bakar subsidi mampu memperlihatkan barcode tanpa mengroscek sesuai dengan plat nomor kendaraan apa tidak, langsung mengisi bahan bakar.
Penulis merasa kalau benar diterapkan, terapkan sesuai aturan yang sudah ditetapkan, kendaraan dengan cc 1300 le atas maka tidak dapat mengunakan bahan bakar subsidi, sementara penikmat bahan bakar subsidi adalah kendaraan dibawah 1300 cc, sesuai ketentuan yang sudah diatur oleh pertamina sendiri.
Jelas-jelas Kebijakan PT Pertamina Persero (Persero) ini dikelola melalui anak usaha Pertamina Patra Niaga, untuk melakukan uji coba pembelian Bahan Bakar Minyak atau BBM Solar bersubsidi melalui QR Qode MyPertamina. Nah, yang menjadi pertanyaan kembali mengapa hari ini merambat ke pertalite. Padah bahan bakar pertalite baru saja mengalami kenaikan harga yang signifikan.
Penulis : Chaidir Toweren
Sebagai ketua Serikat Praktisi Media Indonesia (SPMI) Aceh, Owner media online 1pena, brasnews, 1kabar dan jurnalis ontv dan Sekretaris Moeldoko Center Aceh