Indonesia adalah negara dengan 2/3 luas wilayahnya berupa laut, bahkan sebagian besar kebutuhan rakyat Indoensia di-support oleh sumberdaya hayati maupun non-hayati yang berasal dari laut.
Laut menjadi salah satu tumpuan hidup bagi rakyat Indonesia, sehingga
“kesehatan” laut sudah selayaknya menjadi perhatian serius segenap rakyak Indonesia. Ketika kondisi laut “sehat”, maka laut dengan seluruh potensi besar di dalamnya dapat memberikan manfaat yang tak terhingga. Berbeda kondisinya jika laut dalam keadaan “sakit”, jangankan manfaat yang diperoleh malah bencana yang setiap saat akan dihadapi tanpa diduga-duga datangnya.
Coba lah sisihkan waktu sejenak untuk mengunjungi laut, seringkah Anda menjumpai plastik mengambang di laut atau terdampar di sepanjang pantai putih nan indah? Sampah plastik, salah satu “penyakit” kronis yang mampu menggerogoti kesehatan laut.
Isu ancaman sampah plastik di laut sebetunya sudah menjadi perhatian dunia sejak lama bahkan perhatian dunia internasional terhadap marine plastic debris akhir-akhir ini meningkat seiring dengan bencana ekologis yang mulai dirasakan. Plastik merupakan bahan organik yang mempunyai kemampuan mudah dirubah ke berbagai bentuk, apabila terpapar panas dan tekanan.
Plastik dapat berbentuk batangan, lembaran, atau blok, bila dalam bentuk produk dapat berupa botol, pembungkus makanan, pipa, peralatan makan, dan lain-lain. Sampah plastik dapat terurai menjadi sampah mikro-plastik, kondisi ini tidak saja mengancam ekosistem dan biota laut, tetapi juga berpotensi menyebabkan tercemarnya rantai makanan oleh mikro-plastik yang dalam kondisi tertentu mengikat bahan berbahaya.
Sampah plastik yang tersangkut di perakaran mangrove mampu mengganggu fungsi ekosistem mangrove dan menyebabkan kematian bibit mangrove. Selain itu, sampah yang menutupi ekosistem terumbu karang dapat meningkatkan toksisitas perairan dan menyebabkan patahnya koral.
Sampah juga dapat menjerat atau termakan oleh biota laut.
Plastik dapat terfragmentasi menjadi ukuran kecil yang memungkinkannya terkonsumsi oleh biota laut, bahkan oleh invetebrata ukuran kecil sekalipun. Mengkonsumsi plastik dapat menyebabkan biota laut mengalami gangguan metabolisme, iritasi sistem pencernaan, hingga menyebabkan kematian. Selain itu, sifatnya yang persisten memungkinkan kandungan plastik yang berada lama di dalam tubuh biota laut pindah ke manusia melalui skema rantai makanan.
Lebih luas lagi, sampah plastik di laut pada akhirnya menimbulkan kerugian ekonomi di bidang perikanan, transportasi laut, pariwisata, kesehatan, perhotelan dan masih banyak lagi. Hal ini tentunya berdampak besar bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang sangat bergantung pada keberadaan laut dan hasil laut itu sendiri.

Dengan semangat memperingati hari kemerdekaan ke-75 tahun Republik Indonesia ini, sudah sepatutnya seluruh komponen rakyat Indonesia turut berkontribusi untuk “memerdekakan” laut Indonesia dari sampah plastik. Cara sederhana yang dapat dilakukan setiap individu adalah dengan selalu membuang sampah pada tempatnya, turut melakukan aksi bersih pantai secara rutin dan menerapkan pola 3R yaitu Reuse (menggunakan kembali plastik yang telah dipakai), Reduce (mengurangi jumlah penggunaan plastik) dan Recycle (mendaur ulang plastik).
Kegiatan sederhana tersebut jika dilakukan konsisten oleh setiap individu dan diterapkan secara masif, tentu dapat menjadi bentuk “perjuangan” demi memerdekakan laut Indonesia dari ancaman sampah plastik. Mari saatnya merubah narasi menjadi aksi dan sedikit bicara menjadi banyak bekerja. Yakin dan percaya siapa saja bisa melakukannya. Ayo! Merdekakan Laut Indonesia dari Ancaman Sampah Plastik.
Penulis :
Teguh Heriyanto, S.Pi., M.Si
Dosen Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli