Pembangunan Rumah Budaya Pak-pak di Kota Subulussalam Menuai Kritikan, Berikut Tanggapan Tanggapan Masyarakat

  • Whatsapp

Sinarlintasnews.com | Subulussalam – Menanggapi berbagai isu pro dan kontra terkait perencanaan pembangunan Rumah Budaya Pak-pak di Kota Subulussalam, sejumlah tokoh masyarakat menghimbau untuk untuk tetap kondusif.

Menurut Makmur Berutu, Pemerintah Kota Subulussalam dibawah kepemimpinan H. Affan Alfian Bintang merupakan sahabat semua suku. Sejumlah suku yang berdomisili di Kota Subulussalam juga secara bersama-sama mendukung program pemerintah dalam memajukan dan membangun kota Subulussalam lebih baik.

“Seharusnya yang penting bagi kita adalah bagaimana membangun kota Subulussalam secara utuh dan menyeluruh,dengan tetap membudayakan semangat gotong royong, ungkap Makmur yang merupakan salah satu tokoh pemuka Aceh Singkil ini saat berdebat dengan forum masyarakat daerah Sungai Subulusalam.

Hal senada juga disampaikan Anton Tinendung mengajak masyarakat untuk bersama-sama menghindari perdebatan yang mengarah sara dan juga meminta agar selalu menjaga keutuhan NKRI serta menjalin silaturahmi.

“Mari kita menghindari yang mengacu konflik, perlu kita ketanui bahwa sejatinya kota subulussalam itu sendiri dan dikenal dengan suku dan kebudaya. Disini perlu kebijakan agar terhindar dari berbagai persoalan,” katanya.

Sementara itu, Himpunan mahasiswa perantauan kota sada kata (HIMAPAKOSAKA) sebelumnya juga saat menyampaikan pernyataan di Lhokseumawe aceh utara terkait isu yang beredar dikota subulussalam, memintak pemerintah kota Subulussalam agar lebih mempertimbangan setiap keputusan-keputusan yang akan dibuat, mengingat masalah suku merupakan salah satu faktor yang sangat sensitif dikalangan masyarakat.

Bahwa sejatinya kota subulussalam itu sendiri dikenal dengan suku dan kebudaya Singkilnya, dan pertama kali diperkenalkan kemasyarakat luar bahwa kota Subulussalam itu sendiri identik dengan suku dan kebudayaan singkil, dimana ketika pertama kali Subulussalam pisah dari kabupaten Aceh Singkil, para pendahulu kita dulu sepakat bahwa bahasa daerah itu sendiri bahasa Singkil.

Para mahasiswa itu berpendapat dalam kasus ini, masyarakat suku singkil yang tidak setuju dengan pembangun itu, bukan karena merasa takut disaingi, bahkan mereka sendiri secara pribadi merasa sangat senang, apa bila kebudayaan-kebudayaan yang ada disubulussalam dilestarikan dan lebih diperhatikan, dengan syarat harus menyamaratakan kedudukan ras, suku dan budaya, serta tetap mengikuti aturan dan kebijakan yang memang sudah dibuat dan sipakati oleh pendiri-pendiri sebelumnya tanpa harus merubah tatananya secara berlebihan, lebih-lebih dibidang suku dan budaya. karena itu merupakan warisan nenek moyang kita dulu. (Budi Berutu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *