74 Tahun Indonesia Merdeka, Warga di 2 Kecamatan Subulussalam Masih Hidup Dalam “Penjajahan”

  • Whatsapp

Sinarlintasnews.com | Subulussalam – Diusia ke -74 tahun Indonesia telah merdeka, warga disejumlah Desa di Kecamatan Rundeng dan Kecanatan Sultan Daulat berlokasi tepat di pusat Kota Subukussalama, dibawah kepemimpinan Ir. H. Nova Iriansyah, MT Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Nanggroe Aceh Darussalam ini masih terkesan hidup dijaman dahulu sebelum merdeka (masa penjajahan).

Warga yang tinggal di dua Kecamatan Rundeng dan Kecamatan Sultan Daulat yang berdampingan namun terasa terpisahkan bagaikan langit dan bumi hanya karena sebuah sungai penghubung yang hingga kini masih luput dari perhatian pemerintah.

Bacaan Lainnya

Pasalnya, Kedua Kecamatan tersebut dipisahkan oleh sebuah sungai yang diberi nama Lae Souraya yang hanya berjarak sekitar 100 meter saja tepatnya berada di Desa Dah, Kecamatan Rundeng.

Sejak dahulu, hingga sampai saat berita ini diterbitkan, warga masih menggunakan rakit sebagai sarana transportasi penyeberangan sehari-hari.

Setiap warga yang hendak berpergian yang harusnya ditempuh dengan waktu 5 menit dengan berjalan kaki, harus menyiapkan uang yang jumlahnya cukup lumayan untuk jasa pengayuh rakit untuk disebrangkan.

Terlebih pada setiap paginya, para pelajar harus rela basah dan menantang maut menyebrangi sungai untuk menuntut ilmu kesekolah.

Warga setempat juga menyiapkan sebanyak 3 unit rakit sebagai transportasi jasa penyebrangan bagi warga yang berperian. Untuk waktu menyebrangi Sungai Lae Souraya juga sangat terbatas, warga tidak bisa sesuka hati kapan akan pulang, sebab para pengayuh rakit juga butuh istirahat.

Warga yang hendak menyebrang juga harus bersabar untuk antrian menunggu giliran, “seperti arisan aja ya…hehe..”, karena kafasitas muatan rakit juga terbatas, dua unit sepeda motor dan enam pemunpang saja muatannya.

Puncak kepadatan penumpang rakit terjadi setiap hari Saptu setiap pekannya, sebab hari Saptu adalah hari pasar Mingguan di Kecamatan Rundeng. Para penumpang harus rela mengantri dari pukul 07.00 -19.00 WIB.

Meski demikian, korban tenggelam dan kerugian materi juga tidak sedikit terjadi disebabkan rakit yang ditumpangi oleng dan terbalik, hingga membuat penumpang dan barang mawaan di bawa arus sungai. “Miris ya”.

Sungai Lae Souraya memang merupakan akses utama warga untuk beraktivitas sehari-hari. Akhir-akhir ini, kejadian rakit karam sudah beberapa kali terjadi, kenderaan penumpang juga ikut tenggelam di suangai.

Sementara itu, menurut pemantauan di lapangan, perencanaan pembangunan sudah ada sejak lama, hal tersebut terlihat dengan adanya tunggul tiang penyangga rencana jembatan dan abutment berada tepat di tengah sungai, namun pembangunan jembatan tersebut sudah tidak dilanjutkan lagi.

Menurut keterangan Mahmudin, salah satu warga dan merupakan mantan pekerja pembuat rangka baja jembatan, pembangunan jembatan tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2014 silam.

“Ini sudah mulai dikerjakan sejak 2014 lalu, tapi dua tahun belakangan ini sudah diberhentikan,” katanya, Saptu (17/8).

Mahmuddin mengatakan, tidak tau pasti apa sebabnya pengerjaan jembatan tersebut tidak dilanjutkan.

“Kami juga meresa heran, tidak tau kenapa tiba-tiba pembangunan jembatan ini tidak dikerjakan lagi,” katanya.

Warga juga sangat berharap kepada pemerintah segera melanjutkan pembangunan jembatan tersebut, terlebih warga sebelumnya sudah sangat senang dengan adanya pembangunan jembatan, namun harapan warga tersebut sirna seketika melihat jembatan sudah tidak dilanjutkan dikerjakan.

Pembangunan jembatan di Sungai Lae Souraya sangat dibutuhkan masyarakat, selain untuk melancarkan aktivitas juga untuk menghindari bertambahnya korban jiwa tenggelam.

Pada perayaan HUT RI ke -74 ini, masyarakat Kecamatan Rundeng dan Sultan Daulat menginginkan hadiah pembangunan jembatan penghunung dua kecamatan di pusat Kota Subulussalam. (SYAH BUDIN PADANG).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *