Sinarlintasnews | Subulussalam – Gerakan Pencinta Alam (G-PAL) Subulussalam menolak Wacana Pembangunan bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai Lae Souraya di karena diduga akam merusak ekosistem hutan.
Penolakan tesebut disampaikan langsung oleh Aktifis pecinta alam G-PAL, Beni Fahrizal menerangkan, di kawasan Hutan lindung tersebut memiliki berbagai macam keanekaragaman binatang yang harus dilindungi.
“Kami menolak Wacana pembangunan PLTA itu, karena merusak habitat hewan-hewan lindung didalamnya,” kata Izal dirumah kediamannya Jumat malam (28/6/2019).
Menurutnya, wacana pembangunan PLTA tersebut dapat merusak keseimbangan alam yang dapat menyebabkan sungai Lae Soraya mengecil, sehingga masyarakat pinggiran sungai terganggu, dimana masyarakat selama ini sangat bergantung dengan keberadaan sungai Lae Soraya.
“Masyarakat khususnya yang ada di pinggiran sungai sangat membutuhkan sungai itu,”katanya
Selain dari beberapa alasan tersebut, Beni menyatakan dampak yang paling fatal yang harus perlu diatisipasi adalah dengan dibangunnya PLTA di Sungai Lae Soraya, sudah jelas akan membuat bendungan penampung air yang bisa saja suatu saat jebol dan akibatnya sangat fatal.
“Kalau nanti bendungan itu jebol bagaimana, apa lagi saat ini sering sekali terjadi gempa bumi. Yang terkena imbasnya adalah masyarakat di beberapa desa terlebih yang tinggal di sekitaran pinggi sungai.
Selain itu, Beni juga menjelaskan, pembangunan PLTA yang sudah di rencanakan tersebut bukanlah untuk kebutuhan masyarakat Kota Subulussalam, sebab daya PLN saat ini masih sangat cukup.
“Sesuai pernyataan kepala PLN Subulussalam, bahwa saat ini daya tersedia sebesar 30 Mw dan yang masih di pakai hanya 6 Mw lebih, artinya ada sekitar 24 Mw lagi yang belum terserap oleh kita dan ini mau dibangun PLTA kembali untuk apa?,” katanya
Dikatakannya, Wacana pembangunan PLTA sangat berpengaruh negatif terhadap masyarakat. Jika dialasankan untuk meningkatkan tertribusi pendapatan daerah, tidak perlu harus PLTA, namun masih banyak potensi yang bisa dikembangkan.
“Kalau ini hanya dimanfaatkan untuk menjual daya keluar daerah kita, untuk apa. Mungkin lebih baik kalau area itu dimanfaatkan untuk sektor pariwisata, selain alamnya yang indah, disana juga banyak terdapat hewan-hewan didalamnya,” jelas Beni
Berdasarkan dari beberapa alasan tersebut, para aktivis Gerakan Pencinta Alam (G-PAL) meminta kepada pemerintah kota Subulussalam untuk tidak menyetujui terkait pembangunan PLTA di sungai Lae Soraya.
“Kita minta kepada Pembo Subulussalam, terlebih kepada bapak Wali kota, untuk tidak memgizinkan pe,bangunan PLTA itu,” pungkas Beni. (Udin)